Rss

Jumat, 27 April 2012


1.        TAHAP – TAHAP PERKEMBANGAN ANGGARAN
Perkembangan anggaran dipandang dari segi manfaat yang ingin diperoleh pada dasarnya dapat dibagi dalam tiga tahapan, yaitu :
a.    Anggaran sebagai alat penaksir
Dari segi manfaat yang dapat diperoleh ini merupakan perkembangan yang paling awal dari anggaran sebagai alat perncanaan. Bila tejadi perubahan dalam kondisi, maka realisasi seperti berjalan terpisah dari anggarannya. Anggaran dengan manfaat yang minimal itu ternyata cukup banyak dijumpai dalam kenyataannya karena alasan berikut :
·      Keadaan data yang minimal dan kurang akurat menyebabkan sulit dilakukannya proyeksi dengan tepat.
·      Tingginya kadar ketidakpastian yang dihadapi perusahaan.
Dengan demikian anggaran hanya berungsi sebagai alat penentu arah (alat perencanaan).

b.    Anggaran sebagai plafond dan sekaligus alat pengatur otorisasi
Tahapan ini sudah setingkat lebih maju. Dengan demikian fungsi anggaran sebagai alat pengendali dirasakan lebih menonjol dibanding aspek perencanaannya. Anggaran sebagai plafond biaya lebih dikaitkan dengan jumlah biaya keseluruhannya, oleh karena itu dimungkinkan adanya pengalihan pos – pos biaya selama plafond biaya keseluruhan nya belum terlampaui. Tahapan ini terutama dipakai mengingat :
·      Data cukup tersedia sehingga memungkinkan dilakukan estimasi dengan cukup akurat.
·      Manajemen tidak menghedaki diubahnya anggaran yang sudah disahkan.
c.    Anggaran sebagai alat penilai efisiensi
Tahapan ini merupakan tingakat perkembangan yang paling akhir. Baik fungsi perencanaan maupun fungsi pengendalian sama menonjolnya, sehingga anggaran dapat dengan mudah dapat disesuaikan dengan tingkat kegiatan yang sebenarnya. Dari segi perencanaan, angka standar berfungsi sebagai multiplier yang akurat sedangkan dari segi pengendalian, jumlah anggaran yang didasarkan pada angka standar berfungsi sebagai alat penilai efisiensi. Anggaran pada tahap perkembangan terakhir ini membutuhkan persyaratan yang paling lengkap, seperti :
·      Sudah tersedianya perhitungan standar untuk semua jenis biaya yang bersifat variabel.
·      Perlunya frekuensi pelaporan rugi/laba yang lebih sering, sehingga penyimpangan yang terjadi dapat segera diketahui akibatnya terhadap keuntungan  dan dicegah terulangnya kembali bila tidak diinginkan.

0 komentar:

pasang iklan